Cinta Ditelan Waktu

Berjalannya waktu detik berganti menit kemudian jam, hari berganti minggu dan bulan serta tahun sepanjang matahari dan bulan masih beredar menurut garis edarnya, sepanjang itu pula cinta tetap berjalan sesuai dengan karismatiknya. Cinta adalah dilambangkan seperti kain putih tak ternoda oleh apapun, cinta adalah lambang dari kedamaian membawa kita hanyut dalam menggapai sesuatu harapan, cinta seindah mentari di pagi hari dapat menyejukkan jiwa yang gunda dan risau, pilu dan sedih. Akan tetapi cinta juga dapat menyakitkan dan bahkan lebih dari itu, oleh karena itu cinta sangat sulit di defenisikan menurut seluruh cabang ilmu.
Seluruh ciptaan yang tersebar luas di seluruh penjuru alam semesta ini tidak terlepas dari cinta dan kasih sayang, namun demikian sering kali manusia salah menafsirkan hingga menyebabkan semua itu hancur, jika kehancuran selalu di buat maka apa yang nantinya akan terjadi ? Kerakusan segelitir orang yang kemudian berdampak terhadap masyarakat luas itu semua hanya masalah duniawi oleh orang-orang karena ketidak puasan atas rizki yang ia peroleh, pada hal Allah dengan jelas menegaskan " Berusahalah dengan jalan yang kuridhai sesunggunya Aku tidak pernah menyesatkan orang yang mau berusaha " Jalan yang di ridhai merupakan suatu kepastian, tidak sedilitpun terkandung di dalamnya unsur penghianatan karena itulah kepastian dari sang pencipta alam semesta dan betapa Allah mencintai mahluknya hingga sangatlah lengkap dan berpasang-pasangan ciptaanya, betapa tidak bayangkan saja ada malam dan siang, timur dan barat, hitam dan putih, pasang dan surut dan yang paling mengagumkan lagi adalah wanita dan pria, betapa besar cinta yang di berika kepada kepada mahluk-mahluknya.
Hanya karena cinta dan demi cinta dunia ini terasa indah, tapi indahnya dunia tidak sebanding dan bahkan jauh lebih indah adalah surganya Allah, subhanallah. Mudahkah meraih surganya Allah? Diantara Mudah dan tidak, sebab hidup dan kehidupan ini terombang ambing laksanga buih di lautan tak berdayah melawan arah arus hingga kemanapun arahnya ia hanya pasrah mengikutinya, demikian juga manusia ada yang tidak berkemampuan melawan kerasnya kehidupan, hingga mememilih dan atau mengambil jalan pintas dan kemudian berpaling dari kebenaran dari hakekatnya sebagai mahluk ciptaan Allah, karena dia tidak lagi menjalankan perintah- Nya lagi hanya karena kepentingan duniawi dimanakah rasa cinta kita kepada-Nya. Allah tidak berkurang cinta-Nya kepada kita, tapi mengapa kita bernah memikirkan itu? bagaimanapun dan apapun yang terjadi Dialah Allah tidak pernah berkurang kekuasaan-Nya. Maka dari itulah Dia (Allah) menciptakan mata hati setiap dari kita yang memiliki akal yang waras, buat apa ? tiada lain hanya untuk menebar pesona dan cinta kasih terhadap semua ciptaannya, sadarlah jangan sampai diantara kita di tutup oleh-Nya mata hati kita menjadi beku dan bahkan mengeras. jika demikian maka hati ini tidak akan pernah lagi bergetar mendengar sesuatu yang baik.
Kebaktian atas dasar cinta dan kasih sayang pasti dan bahkan sangat pasti bersumber dari getaran jiwa kita. Cinta yang hak, cinta sejati hanyalah milikmilik ke esaan Allah yang tiada taranya, kemudia tersalurkan lewat kedua orang tua kita yang melahirkan, dan siap menerima apapun yang menimpa kitika menjalani hidup kelak, kemudian lahirlah kita, di saat ini kita masih lemah tak berdaya maka merekalah yang merawat dan membesarkan kita penuh dengan cinta kasih, tapi apa yang kemudian kita berikan kepada mereka, sepanjang hidup mungkin tidak akan pernah terbalaskan atas apa yang mereka berikan kepada kita. Sebab hal yang sama juga pasti kita rasakan ketika jodoh sudah kita temukan, mencari jodoh adalah suatu proses penebaran cinta dan kasih sayang yang disalurkan dari Allah melalui orang tua, akan tetapi proses ini kadang membuat kita bingung sebab yang kita cintai tidak di restui oleh orang tua, jika demikian apa yang harus di lakukan agar tidak membuat mereka tidak bersedih demikian juga wanita yang kita cintai.

No comments:

Post a Comment

Masukan beripa kritik dan Saran ke arah yang membagun